Rabu, 26 Agustus 2015

Tips Suskses ala Go-Jek: Harus Berani dan Jangan Dengarkan Orang Tua

CEO Go-Jek Nediem Makarim membagi cerita dalam memulai bisnis. Kunci utama ialah keberanian untuk mengambil risiko. Meskipun jenis usaha yang digeluti diragukan banyak orang, seorang entrepreneur harus berani memulai bisnisnya.

"Menjadi entrepreneur bukan pinter, kerja keras, dan analisa. Nomor satu adalah keberanian. Itu jelas," kata Nadiem dalam acara d'Preneur bersama CEO Go-Jek dan Brodo di Menara Bank Mega, Jakarta.

Bila tidak berani mengambil risiko dan memulai bisnis, Nadiem tidak membayangkan Go-Jek bisa beredar di jalanan Jobodetabek saat ini.

"Kalau nggak berani, 50.000 Go-Jek nggak ada. Kalau takut salah, nggak hadir Go-Jek," tuturnya.

Saran kedua untuk dapat sukses dari Nadiem yang harus diambil ialah membentuk tim yang solid. Tim ini akan mendorong perusahaan menjadi berkembang.

"Semua perusahaan adalah hasil dari satu tim, bukan kerja dari satu orang saja," sebutnya.

Setelah itu, selalu analisa jalannya usaha atau bisnis.

"Analisa, cek data, bila data mengatakan kita harus belok jangan kita terus saja maju, harus fleksibel," tutup Nadiem.

Selain itu, Nadiem Makarim ternyata punya saran yang ‎sedikit menyimpang dari budaya orang Indonesia kebanyakan. "Dengan hormat, untuk urusan karir tolong jangan terlalu mendengarkan orang tua," ujarnya singkat.

Saran tersebut menuai respon beragam dari para peserta yang hadir dalam acara malam ini. Banyak yang jadi penasaran ada juga yang meresponnya dengan tawa dan tepuk tangan. Tapi apa alasan sebenarnya pengusaha muda ini menyampaikan saran tersebut.

"Bukan karena kita tidak percaya orang tua atau kita tidak hormat. Tetapi lebih pada pasar tenaga kerja yang saat ini sudah jauh berubah ‎dibanding era orang tua kita bekerja," jelas dia.

"Kalau kita bekerja di era 1990, pindah-pindah kerja mungkin dianggap kalau karir kita gagal. Tapi kalau sekarang kita kerja pindah-pindah itu adalah tuntutan, karena kita mendapat penawaran yang lebih baik karena kemampuan kita diakui. Itu contoh perbedaan dunia kerja zaman orang tua kita‎ dengan zaman sekarang," sambung dia.

Meski demikian, ia tak menyarankan bahwa generasi muda saat ini sama sekali tidak mendengarkan nasihat orang tua.

"Orang tua tolong didengarkan untuk value, untuk nilai-nilai, untuk moral. Untuk jodoh juga boleh. Biasanya kalau jodoh, saran orang tua manjur tuh," ujar dia, disambut tawa para peserta.

Namun sekali lagi ia menggaris bawahi, bahwa tidak perlu mendengarkan saran orang tua bila berkaitan dengan karir.‎ "Untuk karir, dengan hormat ya. Jangan terlalu didengarkan," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar